Wednesday, 22 September 2021

Backend Developer: 5+ Skill yang Harus Dikuasai untuk Jadi Profesional

 

Kebutuhan website yang kian besar dan kompleks membuat seorang programmer harus memiliki skill mumpuni. Inilah yang mendorong munculnya keahlian khusus sebagai frontend dan backend developer. Tujuannya, agar dapat membuat website dengan cepat tapi tetap dengan hasil terbaik.  

Nah, di artikel sebelumnya, kami sudah membahas tentang frontend developer. Kali ini, kami akan mengulas skill yang harus dimiliki untuk menjadi backend developer andal. Namun, sebelumnya mari pelajari tentang pengertian dan tugas backend developer dulu. 

5+ Skill yang Harus Dimiliki Oleh Backend Developer

Nah, setelah mengetahui tugasnya, inilah beberapa skill yang perlu Anda miliki untuk menjadi backend developer yang profesional:

1. Bahasa Pemrograman Terkait Server

Seorang backend developer harus menguasai bahasa pemrograman terkait server. Contohnya, PHP sebagai bahasa pemrograman yang ramah bagi pemula karena aturan penulisan yang sederhana.

Selain itu, PHP juga mendukung berbagai jenis web hosting. Hal ini tentu merupakan keuntungan mengingat saat ini banyak website yang masih menggunakan PHP. Artinya, Anda dapat mengerjakan banyak project dari klien yang membutuhkan keahlian PHP.  

Namun, menguasai PHP saja tidaklah cukup. Anda juga perlu mempelajari bahasa pemrograman lain, seperti JavaScript. Saat ini, JavaScript cukup banyak digunakan karena kemampuannya membuat website lebih interaktif. Beberapa website yang kompleks juga dapat dibuat lebih menarik dengan bahasa pemrograman ini. Jadi, layak untuk Anda pelajari. 

2. Framework Backend

Untuk dapat menjadi seorang back end developer yang handal, Anda perlu menguasai framework back end. Sebab, dengan bantuan framework, Anda bisa membuat website lebih cepat. 

Sebuah framework telah memiliki berbagai fitur yang belum disediakan pada bahasa pemrograman dasar. Selain itu, performa website juga menjadi lebih baik dengan keamanan terjamin. 

Seorang backend developer perlu menggunakan framework sesuai bahasa pemrograman yang dikuasai. Berikut daftar framework yang sering digunakan dalam pembuatan website:

  • Spring, Hibernate adalah framework untuk bahasa pemrograman Java.
  • CodeIgniter, Laravel, Yii adalah contoh framework PHP.
  • Django, Flask adalah framework untuk bahasa Python.
  • Rails adalah framework untuk bahasa Ruby.

Dengan menguasai framework backend, tugas Anda dalam membangun website akan lebih mudah. 

3. Pengelolaan Server

Tidak cukup hanya dengan menguasai bahasa pemrograman terkait server, seorang backend developer harus mampu mengelola server dengan baik. 

Saat ini, ada berbagai jenis server yang digunakan. Namun, yang cukup populer adalah Nginx, Apache dan LiteSpeed. Sebagai backend developer, Anda bisa mulai belajar salah satu server untuk dikuasai, baru mempelajari server lainnya. 

Dengan memiliki pengetahuan untuk mengelola  server, Anda akan lebih mudah ketika akan melakukan konfigurasi terkait layanan hosting. Terutama, jika menggunakan jenis layanan VPS hosting. 

Dengan keahlian mengelola server, seorang backend developer akan mampu membangun website dengan performa terbaik.

4. Pengelolaan Database

Backend developer harus memiliki keahlian mumpuni juga dalam mengelola database, apapun jenisnya. Mulai dari MySQL dan PostgreSQL hingga noSQL dan lainnya. 

Selain mudah dikelola, database yang dirancang haruslah aman. Tujuannya, agar kinerja server lebih terjaga. Dengan pengelolaan database yang baik, tentu website akan mudah diakses dan jarang terjadi kendala seperti server down.

Nah, dalam praktiknya, seorang backend developer akan berkutat dengan manipulasi data dalam database. Misalnya, menambah, mengubah, bahkan menghapus data. Untuk itulah diperlukan pemahaman query database dengan baik.

5. Manajemen API

Seorang backend developer harus menguasai manajemen API. Pada dasarnya, API adalah perangkat lunak yang berfungsi untuk menghubungkan berbagai aplikasi atau bahasa pemrograman. 

Dengan adanya API, sebuah website dapat berkomunikasi dengan aplikasi atau website lain. Maka, Anda dapat mengembangkan website menjadi lebih besar lagi. Bahkan, dengan kemampuan manajemen API, seorang back end developer juga dapat menghubungkan website dengan aplikasi mobile baik iOS atau Android.

Itulah kenapa manajemen API merupakan skill backend developer yang perlu dikuasai dengan baik. 

6. Version Control System

Skill back end developer lain yang perlu dikuasai adalah Version Control System (VCS) yang berfungsi untuk mengatur versi kode pada setiap pengembangan website. Dengan skill ini, pekerjaan Anda bisa lebih terstruktur karena setiap perubahan tercatat dengan baik.Terutama, jika Anda bekerja dalam sebuah tim. 

Sebagai contoh, Anda sedang mengerjakan suatu fitur dalam website. Anda dan rekan Anda bisa mengerjakan task dengan nama versi berbeda. Dengan VCS, Anda bisa dengan mudah tahu manakah versi dengan fitur yang baik, lalu menggabungkannya dalam sebuah versi terbaru. Dengan begitu, pengembangan website lebih cepat dilakukan.

Belajar HTML Lengkap untuk Pemula

Saat ini, hampir semua orang bisa membuat website tanpa memahami coding. Padahal, penting juga lho untuk memahami pondasi pembentuk website, yaitu HTML. 

Sekarang, coba bayangkan website Anda masih polos. Lalu, Anda pun menginstal tema. Sayangnya, layout website terlihat jauh dari harapan. Header terlalu besar, posisi menu hanya bisa di tengah, tampilan konten kurang cocok. Bahkan saat Anda berusaha memodifikasinya dengan plugin, hasilnya tetap tidak maksimal. 

Nah supaya itu tidak terjadi, Anda perlu belajar HTML. Sehingga, kemampuan Anda tidak dibatasi oleh fitur dan template yang sudah tersedia. Jadi, Anda mampu menciptakan fungsi yang tidak dimiliki website tetangga. Menarik, bukan?

Nah, Anda sudah datang ke tempat yang tepat! Di sini, kami akan mendampingi Anda belajar HTML pemula dengan cara yang sederhana. Dalam sekali baca, Anda akan memahami:

1. Apa Itu HTML?
2. Apa Itu Tag, Elemen, dan Atribut?
3. Kerangka Inti HTML
4. Belajar HTML dengan Editor HTML
5. Memilih Browser Terbaik
6. Membuat Halaman Website Pertama
7. Melengkapi Halaman Website
8. Mengatur Template Halaman Website
9. Kode Warna HTML

Tanpa berlama-lama lagi, yuk kita mulai perjalanan belajar HTML pemula ini!

Apa Itu HTML?

HTML (Hypertext Markup Language) merupakan gabungan dari dua istilah: hypertext dan markup language. Apa sih itu?

Hypertext yaitu dokumen berisi tautan yang memungkinkan pengguna terhubung ke halaman lain.

Sedangkan markup language merupakan bahasa komputer yang terdiri dari sekumpulan kode untuk mengatur struktur dan menyajikan informasi.

Apa Itu Tag, Elemen, dan Atribut?

Agar lebih mudah belajar HTML, Anda harus berkenalan dengan tag, elemen, dan atribut. Mereka adalah tiga sekawan yang menjadi atom pembentuk HTML.

Berikut masing-masing penjelasannya.

  • Tag, digunakan sebagai awalan instruksi atau perintah yang akan dibaca web browser. Misalnya: tag <bold>. Tag ini akan meminta browser menampilkan teks dalam format tebal;
  • Element, merupakan keseluruhan kode yang terdiri dari tag pembuka (<>) hingga tag penutup (</ >). Contohnya: <h1> Contoh Elemen </h1>. Meski demikian, tidak semua tag HTML memiliki pasangan penutup;
  • Attribute, yaitu informasi atau perintah tambahan yang berada di dalam elemen. Misalnya: <img src=”pantai.jpg” alt=”Pantai Baron.”> Elemen ini menggunakan tag <img> dengan atribut sumber gambar (src) dan alt text (alt).

Setelah memahami komponen pembentuk HTML, silakan pelajari coding HTML dasar. Dengan mengetahui coding HTML dasar, Anda akan lebih siap untuk menggunakan tag HTML yang lebih menantang.

Kerangka Inti HTML

Sampai sini, Anda sudah mengetahui apa saja atom penyusun HTML. Jika atom-atom tersebut dikumpulkan, terbentuklah dokumen HTML.

Namun, mari usir bayangan dokumen HTML yang dipenuhi ratusan tag. Kita akan mengulik bentuk dokumen HTML paling sederhana dan menjadi kerangka inti yang menyusun setiap dokumen HTML di dunia ini.

  • <!DOCTYPE html> berfungsi untuk mendeklarasikan kepada komputer bahwa Anda akan menuliskan perintah dalam kode HTML;
  • <html></html> merupakan tag yang menandakan bahwa Anda memulai dan mengakhiri dokumen dalam kode HTML;
  • <head><head> diisi dengan metadata dari dokumen HTML. Seperti judul tab, deskripsi, dan lain-lain;
  • <body></body> diisi dengan konten halaman website.

Setelah mengantongi kerangka inti HTML, Anda dapat melengkapinya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan halaman website Anda.

Bonus info, jika Anda penasaran untuk melihat dokumen HTML sebuah halaman website, silakan lakukan trik berikut: klik kanan pada mouse dan pilih ‘View page source’. Atau sederhananya dengan menekan Ctrl + U

View Page Source

Belajar HTML dengan Editor HTML

Dari tadi, kita sudah mempelajari teori belajar HTML dasar. Pasti, Anda sudah tidak sabar untuk segera mempraktikkannya.

Kalau begitu, sekarang saatnya Anda menyiapkan editor HTML. Editor HTML merupakan lembar kerja untuk membuat dan mengedit dokumen HTML.

Ada berbagai editor HTML yang bisa Anda gunakan secara gratis. Seperti Notepad++, Atom, Bracket, dan banyak lagi. Namun sebelum memilih editor HTML, pastikan OS komputer Anda kompatibel.

Nah setelah menginstal editor HTML, Anda bisa belajar HTML dengan lebih mudah. Sebab, fitur yang ditawarkan editor HTML akan mempercepat proses kerja Anda.

API: Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerjanya

 

Apa yang terjadi jika sebuah aplikasi dapat dikembangkan tanpa membuat setiap komponennya dari nol? Tentunya, pekerjaan developer bisa lebih mudah dan pengembangan aplikasi jadi lebih efisien, bukan? Nah, inilah peran dari API. 

Sebenarnya, apa itu API dan mengapa sering digunakan oleh perusahaan besar seperti Google dan Facebook?

Nah, di artikel ini, kami akan membahas tentang API, cara kerja, dan contohnya. Mari simak lebih lanjut. 

Apa itu API?

API atau Application Programming Interface adalah sebuah interface yang dapat menghubungkan aplikasi satu dengan aplikasi lainnya. Jadi, API berperan sebagai perantara antar berbagai aplikasi berbeda, baik dalam satu platform yang sama atau lintas platform.

Perumpamaan yang bisa digunakan untuk menjelaskan API adalah seorang pelayan di restoran. Tugas pelayan tersebut adalah menghubungkan tamu restoran dengan juru masak. Tamu cukup memesan makanan sesuai daftar menu yang ada dan pelayan memberitahukannya ke juru masak. Nantinya, pelayan akan kembali ke tamu tadi dengan masakan yang sudah siap sesuai pesanan.

Itulah gambaran tugas dari API dalam pengembangan aplikasi.

Cara Kerja API

Lebih jauh, API sendiri bisa digunakan untuk komunikasi dengan berbagai bahasa pemrograman yang berbeda. Hal ini tentu cukup memudahkan bagi developer. Bahkan, developer tidak perlu menyediakan semua data sendiri karena cukup mengambil data yang dibutuhkan dari platform lain melalui API.

Tidak hanya itu, API juga memungkinkan Anda mengembangkan sebuah website dengan berbagai fitur yang lebih lengkap. Jika menggunakan WordPress, Anda bisa melakukan integrasi dengan berbagai platform menggunakan API. Salah satu contohnya adalah WordPress REST API.

Sebagai contoh, ketika Anda menggunakan MailChimp untuk upaya email marketing, Anda perlu melakukan integrasi layanan MailChimp di WordPress Anda dengan bantuan plugin. Kemudian, Anda cukup memasukkan API key yang dibutuhkan agar layanan tersebut berjalan otomatis di website Anda.

Arsitektur API

Ada tiga arsitektur API yang sering digunakan oleh developer dalam pembangunan aplikasi. Nah, arsitektur ini berkaitan pada bentuk data yang dikirim. Lalu, apa saja arsitektur API yang sering digunakan?

1. RPC

RPC merupakan teknologi untuk membuat komunikasi antara client side dan server side bisa dilakukan dengan konsep sederhana. 

RPC memiliki dua jenis, yaitu XML-RPC dan JSON-RPC. Sesuai namanya, XML-RPC menggunakan format XML sebagai media perpindahan data, sedangkan JSON-RPC menggunakan JSON untuk perpindahan data.

2. SOAP

Arsitektur API lainnya adalah SOAP (Simple Object Access Protocol). Arsitektur ini menggunakan XML (Extensible Markup Language) yang memungkinkan semua data disimpan dalam dokumen.

3. REST

REST atau Representational State Transfer adalah arsitektur API yang cukup populer karena kemudahan penggunaannya. Tak perlu coding yang panjang untuk menggunakannya.

REST menggunakan JSON sebagai bentuk datanya sehingga lebih ringan. Performa aplikasi pun menjadi lebih baik. 

Cara Kerja API

Sebelum masuk ke langkah lebih detail, coba perhatikan ilustrasi cara kerja API sebagai berikut:

Ilustrasi Cara Kerja API

1. Aplikasi Mengakses API

Tahap pertama adalah ketika pengguna mengakses sebuah aplikasi. Untuk memudahkan penjelasan kami menggunakan contoh Traveloka. 

Ketika Anda ingin memesan tiket pesawat untuk tujuan tertentu, Traveloka akan mengakses API maskapai penerbangan yang sudah dihubungkan. 

2. API Melakukan Request ke Server

Setelah aplikasi berhasil mengakses alamat API, permintaan tersebut akan diteruskan ke server maskapai penerbangan. Jadi, API akan memberitahukan bahwa Traveloka membutuhkan data penerbangan untuk tanggal dan tujuan yang telah disebutkan. 

3. Server Memberi Respon ke API

Ketika menemukan data yang sesuai permintaan, server kembali menghubungi API. Data tersebut berupa informasi seperti ketersediaan tempat duduk, jam keberangkatan dan lainnya. 

4. API Menyampaikan Respon ke Aplikasi

Selanjutnya, API meneruskan informasi dari server ke aplikasi Anda. Dalam contoh ini, Traveloka akan mendapatkan informasi yang didapatkan dari maskapai penerbangan yang dihubungi. 

Proses ini berlangsung bersama dengan permintaan ke maskapai penerbangan lain. Oleh karena itu, dalam satu pencarian Traveloka bisa menampilkan jadwal penerbangan dari berbagai maskapai sekaligus. 

Belajar CodeIgniter Dasar untuk Pemula (Terlengkap!)

 

Saat ini, membuat website bisa lebih mudah berkat adanya framework. Tanpa memulai semuanya dari awal, framework memiliki berbagai fitur siap pakai yang membuat pengembangan website menjadi lebih cepat. Nah, salah satu framework yang banyak digunakan adalah CodeIgniter. 

Di artikel ini, kami akan membahas khusus tentang CodeIgniter. Selain itu, Anda juga akan mencoba belajar membuat website dengan framework ini. Sudah siap? Mari mulai dari pembahasan pertama!

Apa Itu CodeIgniter?

Apa itu CodeIgniter?

CodeIgniter adalah sebuah framework PHP ringan yang bisa digunakan secara gratis dan bersifat open-source. Framework PHP ini cukup efektif untuk mengembangkan website atau aplikasi dengan mudah. 

Beberapa website yang dibangun dengan CodeIgniter adalah Casio dan Nissan.

Casio dibangun dengan CodeIgniter

Sebagai sebuah framework, CodeIgniter memiliki kelebihan dalam hal library dan package yang cukup lengkap. Artinya, Anda akan dimudahkan ketika merancang sebuah website. Tak perlu coding semuanya dari awal, cukup menggunakan library yang disediakan. 

Selain itu, karena bersifat open source, Anda bisa mengembangkan framework ini sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga yang membuat semakin banyak developer yang menggunakan CodeIgniter. 

Lalu, apa sebenarnya alasan utama Anda harus belajar CodeIgniter?

Mengapa Anda Harus Belajar CodeIgniter?

Berikut adalah alasan mengapa belajar CodeIgniter cukup penting untuk dapat mengembangkan website dengan baik:

1. Mudah Dipelajari

CodeIgniter merupakan framework yang cukup mudah dipelajari, bahkan untuk pemula sekalipun. Itu karena aturan penulisan pada framework ini cukup sederhana.

Konsep coding pada CodeIgniter memungkinkan penggunanya untuk menulis kode dengan efektif. Artinya, Anda dapat membuat sebuah kode yang dapat digunakan berkali-kali pada website yang dibangun.

2. Konfigurasi Sederhana

Konfigurasi awal pada CodeIgniter juga sangat sederhana. Anda hanya perlu mengubah beberapa kode untuk dapat menggunakan berbagai library bawaan CodeIgniter. Dengan begitu, Anda akan lebih cepat membuat website dengan pengetahuan tentang CodeIgniter.

3. Ringan

CodeIgniter adalah sebuah framework PHP yang ringan dengan ukuran file hanya 900KB. Tentunya, hal ini akan memudahkan Anda ketika mendownload dan menggunakannya untuk membangun website.

Cara Kerja CodeIgniter

Cara kerja CodeIgniter cukup sederhana seperti yang ditampilkan di gambar berikut ketika pengunjung mengakses website melalui browser:

  1. Setiap ada request pada website, maka akan diarahkan ke halaman index.php.
  2. Routing akan menentukan alur request dari pengguna. Jika halaman yang diminta ada pada caching, maka routing akan melakukan langkah 3.
  3. Jika routing mengarahkan ke caching, maka halaman yang ditampilkan adalah halaman yang telah disimpan ke dalam cache sebelumnya.
  4. Jika routing mengarahkan ke security, maka seluruh data dari pengguna akan difilter untuk meningkatkan keamanan sebelum diarahkan ke controller.
  5. Controller akan memanggil model, library, helper, dan tools lainnya yang diperlukan bagi halaman website yang diminta.
  6. View akan ditampilkan sesuai dengan permintaan pengguna. Dengan begitu, pengguna dapat melihat halaman website yang sesuai dengan yang diinginkan.
  7. Halaman website akan disimpan ke dalam cache. Tujuannya untuk meningkatkan performa website karena request pengguna tidak perlu diarahkan ke controller lagi.

Struktur Folder CodeIgniter

CodeIgniter adalah framework PHP yang dikenal dengan banyak folder dengan fungsi yang berbeda. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui fungsi setiap folder agar Anda lebih mudah dalam mengembangkan website sesuai kebutuhan.

CodeIgniter Flow App

CodeIgniter memiliki tiga folder utama, yaitu applicationsystemuser_guide. Berikut penjelasannya:

Application

Folder application merupakan folder yang paling sering digunakan dalam pengembangan website. Folder ini berfungsi untuk menambahkan kode, baik untuk front end atau back end. Apa saja yang ada di folder Application?

  • Cache: Folder yang berisi berisi halaman website yang telah disimpan ke dalam cache.
  • Config: Folder yang berisi seluruh konfigurasi website, mulai dari database, url, dan pengaturan library. 
  • Controllers: Folder tempat menyimpan coding yang mengatur proses pada website.
  • Core: Folder yagn menyimpan konfigurasi tambahan pada website.
  • Helpers: Folder sebagai pusat fungsi atau perintah tambahan pada website Anda.
  • Hooks: Folder untuk melakukan perubahan pada sistem sehingga modifikasi framework bisa lebih mudah.
  • Language: Folder pengaturan bahasa pada CodeIgniter.
  • Libraries: Folder untuk menyimpan semua library CodeIgniter.
  • Logs: Folder untuk menampilkan log (catatan) perubahan coding yang dilakukan.
  • Models: Folder sebagai media berkomunikasi dengan database yang berisi file tentang perintah manipulasi database.
  • Third_Party: Folder untuk menyimpan berbagai plugin yang diperlukan untuk pengembangan website.
  • Views: Folder untuk membangun tampilan website yang berisi file-file HTML yang dibuat oleh front end developer

System

Folder system merupakan folder utama untuk membangun framework CodeIgniter. Jangan lakukan perubahan kode pada folder ini karena akan merubah fungsi pada CodeIgniter.

  • Core: Folder utama sebagai tempat semua proses pada CodeIgniter. 
  • Database: Folder yang menyimpan driver database yang telah dikonfigurasi dan terkait dengan folder Models di dalam Application.
  • Fonts: Folder berisi font yang digunakan untuk pengembangan website.
  • Helpers: Folder untuk membaca konfigurasi helper pada folder Helpers di Application seperti cookies, URL, dan jenis helper lainnya.
  • Language: Folder pengaturan bahasa di CodeIgniter.
  • Libraries: Folder yang berisi library yang sudah terkonfigurasi dengan sistem CodeIgniter. 

User_Guide

Folder user guide merupakan folder tambahan yang berisi dokumentasi resmi CodeIgniter. Untuk melihat dokumentasi CodeIgniter, cukup tambahkan link /user_guide/ pada URL website Anda. 

Struktur URL CodeIgniter

CodeIgniter memiliki struktur URL yang cukup rapi, yaitu [base-url]/index.php/[class]/[function]

Sebagai contoh jika Anda memiliki URL localhost/belajar-codeigniter/index.php/user/add, maka penjelasannya sebagai berikut:

  • Base-url: localhost/belajar-codeigniter/
  • Class: user
  • Function: add

Bahkan, Anda bisa juga melakukan konfigurasi tambahan untuk membuat URL yang lebih sederhana. Kami akan menjelaskannya di bagian pengaturan CodeIgniter.

Pengertian PHP, Fungsi dan Sintaks Dasarnya


Dalam pengembangan website, PHP menjadi salah satu bahasa pemrograman yang wajib dipelajari. Alasannya, bahasa pemrograman ini mampu untuk membuat website menjadi dinamis.

Nah, dalam artikel ini, Anda akan belajar tentang PHP secara lebih dalam. Kami akan membahas mengenai syntax dasar PHP beserta contoh-contohnya. Selain itu, kami juga akan membahas tentang hubungan PHP dengan MySQL.

Pasti sudah semakin penasaran kan dengan pembahasannya? Sebelum itu, mari pahami dulu pengertian dan fungsi PHP. 

Pengertian PHP

PHP  (PHP: Hypertext Preprocessor) adalah sebuah bahasa pemrograman server side scripting yang bersifat open source.

Sebagai sebuah scripting language, PHP menjalankan instruksi pemrograman saat proses runtime. Hasil dari instruksi tentu akan berbeda tergantung data yang diproses.

PHP merupakan bahasa pemrograman server-side, maka script dari PHP nantinya akan diproses di server. Jenis server yang sering digunakan bersama dengan PHP antara lain ApacheNginx, dan LiteSpeed. 

Selain itu, PHP juga merupakan bahasa pemrograman yang bersifat open source. Pengguna bebas memodifikasi dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan mereka. Tentunya jika memiliki kemampuan coding yang baik, ya? 

Fungsi PHP

Secara umum, fungsi PHP adalah digunakan untuk pengembangan website. Baik website statis seperti situs berita yang tidak membutuhkan banyak fitur. Ataupun website dinamis seperti toko online dengan segudang fitur pendukung.

Namun, penggunaan PHP tidak terbatas pada pengembangan website saja, lho. Karena fleksibilitasnya yang tinggi, PHP juga bisa digunakan untuk membuat aplikasi komputer sekalipun. Keren juga, ya?

Contoh Kode PHP

Nah, setelah belajar tentang sintaks dasar PHP, mari lihat contoh kode PHP dalam penggunaan dengan bahasa pemrograman lainnya. 

1. HTML

Anda bisa menyisipkan kode PHP di dalam HTML menggunakan PHP editor favorit Anda. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

<!DOCTYPE html>
<html>
    <head>
        <title>Contoh</title>
    </head>
    <body>

        <?php
            echo "Halo, Selamat Siang";
        ?>
    </body>
</html>

Kode di atas akan memunculkan hasil pada browser:

Seperti terlihat kode PHP disisipkan di dalam body HTML. Dengan perintah echo, browser memunculkan hasil teks yang diinstruksikan. 

2. CSS

Berikut ini adalah contoh penggunaan gabungan dengan HTML dan CSS: 

<!DOCTYPE html>
<html>
<body>
<head>
           <style>
		h2{  
		color:white;  
		background-color:red;  
		padding:5px;  
		}  
		p{  
		color:blue;  
		}  		
	</style>
	<?php 
	echo "<h1>Selamat Datang</h1>";
	echo "<p>Semoga Harimu Menyenangkan</p>";
	 ?>
</body>
</html> 

Ketika digunakan bersama dengan CSS, output yang diberikan tentu memiliki atribut CSS seperti warna dan ukuran font yang berbeda sebagai berikut:

contoh gabungan PHP dan CSS

3. JavaScript

Contoh penggunaan kode gabungan dengan JavaScript terlihat di kode berikut:

<!DOCTYPE html>
<html>
<body>
	<h2>Selamat Datang<br>
	Semoga Harimu Menyenangkan</h2>
	<b>Ini adalah Contoh Gabungan PHP dan Javascript </b>
	<br>

	<p id="demo">PHP Dasar</p>

	<button type="button" onclick="myFunction()">Coba Klik</button>

	<script tipe="text/Javascript">
	function myFunction() {
  	<?php
 	$str= "Ini Hanya Contoh";
  	echo "document.getElementById('demo').innerHTML = '$str';";
  	?>
	}
	</script>
</body>
</html>

Berdasarkan kode-kode di atas, browser akan menampilkan output sebagai berikut:

contoh gabungan PHP dan Javascript

4. Gabungan

Jika digunakan bersama dengan HTML, CSS dan JavaScript sekaligus, contoh kode yang digunakan adalah sebagai berikut:

<!DOCTYPE html>
<html>
<body>
<head>
	<style>
		h2{  
		color:white;  
		background-color:red;  
		padding:5px;  
		}  
		p{  
		color:blue;  
		}  		
	</style>
</head>

<h2>Ini merupakan contoh<br>
Penggabungan CSS, HTML, dan Javascript</h2>
<b>Dengan PHP </b>
<br>

<p id="demo">Contoh</p>

<button type="button" onclick="myFunction()">Coba Klik</button>

<script tipe="text/Javascript">
function myFunction() {
  <?php
  $str= "Ini Paragraf dengan variabel PHP di dalam Javascript";
  echo "document.getElementById('demo').innerHTML = '$str';";
  ?>
}
</script>

</body>
</html> 

Berikut ini tampilannya di browser:

gabungan php javascript css html

Tutorial Laravel untuk Pemula (Instalasi Manual)

 

Mencari Laravel tutorial lengkap yang mudah dipahami? Selamat, Anda berada di tempat yang tepat! Di sini, kami akan memberikan tutorial Laravel pemula yang pastinya tidak membuat Anda semakin mumet alias pusing.

Di  websitenya, Laravel dengan jelas, Laravel menyatakan diri sebagai “The PHP Framework for Web Artisans.” Artinya, Laravel dirancang untuk seniman website.

Karena itu, Laravel cocok bagi Anda yang ingin mengembangkan aplikasi dengan cara elegan. Hingga saat ini, Laravel telah membangun lebih dari 1 juta website. Bahkan, perusahaan komedi terkenal sekelas 9GAG pun juga menggunakan framework ini, lho! 

Kalau Anda meneruskan membaca sampai sini, itu artinya Anda semakin yakin untuk belajar Laravel. Nah tanpa berlama-lama lagi, yuk simak tutorial Laravel lengkap ini!

Apa Itu Laravel?

Laravel adalah framework atau platform yang berfungsi untuk mengembangkan aplikasi web dengan bahasa pemrograman PHP.

Aplikasi web sendiri merupakan aplikasi yang dapat diakses melalui web browser saat tersambung dengan internet. Sehingga, pengguna tidak harus menginstal aplikasinya pada ponsel. Contohnya seperti yang dimiliki Bibit ini. 

Web App

Jika Anda bertanya asal usul kelahiran nama Laravel kepada penciptanya, mungkin Anda akan merasa gemas. Taylor Otwell memilih nama itu karena memiliki bunyi yang mirip dengan Cair Paravel, istana dalam novel Narnia.

Yap, sesuai imajinasi Anda, istana lekat dengan penampilan yang megah dan kehidupan mewah. Dengan menjadi raja atau ratu, kebutuhan Anda dapat terpenuhi dengan mudah.

Nah, Laravel pun juga demikian. Framework ini  mampu menjadi istana coding yang developer butuhkan. Di sini tersedia berbagai jenis PHP Library dan fitur yang sangat kaya.

Dengan begitu, Laravel akan memudahkan Anda dalam mengembangkan web. Anda juga bisa membuat aplikasi web dengan cepat.

Perbedaan Laravel vs CodeIgniter

Saat membicarakan framework PHP, tentunya Laravel bukanlah satu-satunya pilihan. Bahkan, di dunia ini tercatat ada lebih dari 40 framework PHP, lho.

Nah di antara puluhan opsi tersebut, pasti ada framework PHP terbaik. Dan jika membicarakan popularitasnya, tentu Laravel dan CodeIgniter masuk dalam daftar juara. Lalu, manakah framework PHP yang lebih baik?

Laravel cocok jika Anda ingin membangun aplikasi web yang canggih dengan fitur modern. Sedangkan CodeIgniter lebih cocok untuk membuat aplikasi web sederhana yang menghadirkan fitur lengkap.

Apa yang Perlu Anda Pahami Sebelum Belajar Laravel?

Anda tidak bisa membuat mie instan tanpa mengetahui cara merebus air. Demikian juga dengan Laravel. Ada beberapa basic knowledge yang perlu Anda ketahui untuk bisa menggunakan framework ini.

1. Penggunaan HTML / CSS

Yang pertama, HTML dan CSS. HTML dan CSS merupakan dasar untuk membuat tampilan dan struktur alias front-end website.

Dengan kata lain, HTML dan CSS membentuk kulit dan tulang website. Sedangkan untuk membangun otak alias logikanya, Anda bisa menggunakan PHP.

2. Dasar Penggunaan PHP

Untuk belajar Laravel secara mendalam, pemahaman akan PHP sangat penting. Sebab, ini bahasa pemrograman yang Laravel gunakan.

PHP adalah bahasa pemrograman dengan sistem server-side. Jadi, tugas PHP yaitu membangun back-end alias pemrograman pada sisi server.

Biasanya, PHP disisipkan ke dalam dokumen HTML dan dipadukan dengan bahasa pemrograman lain seperti CSS.

3. Dasar Framework MVC

Laravel menggunakan konsep MVC. MVC atau Model-View-Controller adalah konsep yang memisahkan aplikasi web menjadi tiga bagian:

  • Model merupakan representasi dari database, table, ikon, dan file lainnya. Fungsinya untuk mengelola data, logika, dan pengaturan aplikasi;
  • View, bertugas menyajikan tampilan yang bisa dipahami manusia sesuai perintah controller;
  • Controller, berperan menghubungkan model dengan view. Controller akan menerima input dari view, mengolah komputasi dan data, kemudian memberikan respons untuk ditampilkan oleh view.
  • Struktur Folder Laravel

    Selesai menginstal Laravel, pasti Anda makin tidak sabar untuk belajar Laravel. Anda mencoba membuat web app pertama Anda. Namun, sesaat kemudian Anda menemukan app folder berisi berbagai folder dan file yang namanya asing.

    Tutorial Laravel

    Nah, untuk menghapus rasa bingung Anda, kami akan menjelaskan struktur folder Laravel ini.

    App

    Yang pertama, folder App. Folder ini berisi kode inti yang terdiri dari lima folder, yaitu:

    • Console, folder ini berisi semua perintah Artisan yang dibuat dengan make:command;
    • Exception, folder ini berisi semua handler pengecualian dan folder ini bagus untuk menambahkan class yang sudah disesuaikan sendiri untuk menangani pengecualian yang diberikan aplikasi;
    • Http, folder ini berisi fungsi controllers, middleware dan requests;
    • Models, ini adalah direktori baru yang ditambahkan sejak Laravel 8. Fungsinya untuk menyimpan file Model;
    • Providers, folder ini berisi semua penyedia layanan (service provider) untuk aplikasi. Penyedia layanan (service provider) merupakan tempat utama untuk bootstrap Laravel atau bisa diartikan sebagai bagian utama untuk mengkonfigurasi aplikasi.

    Bootstrap

    Berikutnya, ada Bootstrap. Folder ini berisi semua framework bootstrap begitu juga dengan file konfigurasi. Folder ini juga memuat direktori Cache yang berisi file cache yang dihasilkan oleh framework.

    Config

    Folder ini berisi semua file konfigurasi aplikasi.

    Database

    Folder ini berisi semua database migrasi dan seeds.

    Public

    Folder ini berisi semua assets seperti gambar, file javascript, dan CSS.

    Resources

    Folder ini berisi assets mentah seperti file LESS & Sass, pengaturan waktu, dan bahasa.

    Routes

    Folder ini berisi semua rute yang didefinisikan pada aplikasi.

    Storage

    Folder ini berisi penyimpanan App, seperti unggahan file, cache, dan log.

    Test

    Folder ini berisi semua file percobaan.

    Vendor

    Folder ini berisi semua file dependency.

    Melakukan Konfigurasi

    Sekarang, Anda sudah lebih memahami struktur folder dan fitur Laravel. Namun, rasanya masih kurang jika Anda belum melakukan konfigurasi atau pengaturan agar framework lebih siap pakai.

    Karena itu, kami akan membahas konfigurasi dasar yang disarankan untuk Anda lakukan.

1. Amankan Data Menggunakan Application Key

Konfigurasi pertama yaitu mengamankan data. Jika kunci ini tidak diterapkan, bisa membahayakan aktivitas pengguna dan datanya.

Nah, pengamanan ini dapat dilakukan dengan mengubah application key (kunci aplikasi) ke string acak.

Caranya, Anda bisa mengeksekusi perintah php artisan key:generate.  Akan ada file .env pada direktori root yang berisi string dengan panjang 32 karakter. Jika tidak ada, Anda bisa menyalin file .env.example menjadi file .env.

2. Konfigurasi Environment

Dari tahap konfigurasi sebelumnya, Anda sudah mendapatkan file .env ataupun file .env.example. Kedua file ini akan berada di bawah folder vendor.

Nah, selain untuk mengamankan data, file .env juga berperan mengatur konfigurasi environment, lho.

Environment perlu diatur karena setiap developer memerlukan konfigurasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Misalnya seperti penentuan database, email server, dan lain-lain.

Jika berkolaborasi dengan tim, Anda bisa menyertakan file .env.example bersamaan dengan aplikasi. Isinya berupa contoh file konfigurasi yang sudah diisi dengan nilai-nilai tertentu. Dengan begitu, tim akan mengetahui variabel apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi.

3. Pengaturan untuk Direktori Public

Pada kasus tertentu, web server tidak bisa langsung memanggil file index.php yang berada pada folder public Laravel. Jadi Anda perlu mengarahkan web server untuk memanggil dokumen atau web root ke folder public.

Perlu diketahui, jika Anda menjalankan Laravel pada web server lokal, maka Anda perlu mengubah hak akses pada folder storage dan bootstrap/cache menjadi 777 dengan chmod.

$ chmod 777 -R /blog/storage
$ chmod 777 -R /blog/bootstrap/cache

Folder “blog” merupakan folder instalasi Laravel. Jika hak akses ini diatur, Anda bisa mengakses file indeks tanpa perlu menjalankan perintah “php artisan serve”. Akan tetapi, folder harus berada pada folder web server.

4. Pengaturan Cache

Supaya aplikasi dapat berjalan dengan cepat, Anda harus mengatur cache pada Laravel dengan menggunakan perintah config:cache pada saat proses produksi.

$ php artisan config:cache

5. Konfigurasi Lain

Jika Anda ingin mengatur konfigurasi lain seperti pengaturan timezone locale pada config/app.php yang bisa Anda sesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.

Semua konfigurasi file ada di folder config, jadi Anda bisa membuka folder tersebut untuk mengetahui apa saja konfigurasi yang disediakan.

Self-talk dalam Psikologi

Self-talk dalam Psikologi Sempatkah kalian berdialog dengan diri sendiri? Dimana kala suara-suara kecil di kepala kalian mengisi benak kali...