Wednesday, 22 September 2021

Tutorial Laravel untuk Pemula (Instalasi Manual)

 

Mencari Laravel tutorial lengkap yang mudah dipahami? Selamat, Anda berada di tempat yang tepat! Di sini, kami akan memberikan tutorial Laravel pemula yang pastinya tidak membuat Anda semakin mumet alias pusing.

Di  websitenya, Laravel dengan jelas, Laravel menyatakan diri sebagai “The PHP Framework for Web Artisans.” Artinya, Laravel dirancang untuk seniman website.

Karena itu, Laravel cocok bagi Anda yang ingin mengembangkan aplikasi dengan cara elegan. Hingga saat ini, Laravel telah membangun lebih dari 1 juta website. Bahkan, perusahaan komedi terkenal sekelas 9GAG pun juga menggunakan framework ini, lho! 

Kalau Anda meneruskan membaca sampai sini, itu artinya Anda semakin yakin untuk belajar Laravel. Nah tanpa berlama-lama lagi, yuk simak tutorial Laravel lengkap ini!

Apa Itu Laravel?

Laravel adalah framework atau platform yang berfungsi untuk mengembangkan aplikasi web dengan bahasa pemrograman PHP.

Aplikasi web sendiri merupakan aplikasi yang dapat diakses melalui web browser saat tersambung dengan internet. Sehingga, pengguna tidak harus menginstal aplikasinya pada ponsel. Contohnya seperti yang dimiliki Bibit ini. 

Web App

Jika Anda bertanya asal usul kelahiran nama Laravel kepada penciptanya, mungkin Anda akan merasa gemas. Taylor Otwell memilih nama itu karena memiliki bunyi yang mirip dengan Cair Paravel, istana dalam novel Narnia.

Yap, sesuai imajinasi Anda, istana lekat dengan penampilan yang megah dan kehidupan mewah. Dengan menjadi raja atau ratu, kebutuhan Anda dapat terpenuhi dengan mudah.

Nah, Laravel pun juga demikian. Framework ini  mampu menjadi istana coding yang developer butuhkan. Di sini tersedia berbagai jenis PHP Library dan fitur yang sangat kaya.

Dengan begitu, Laravel akan memudahkan Anda dalam mengembangkan web. Anda juga bisa membuat aplikasi web dengan cepat.

Perbedaan Laravel vs CodeIgniter

Saat membicarakan framework PHP, tentunya Laravel bukanlah satu-satunya pilihan. Bahkan, di dunia ini tercatat ada lebih dari 40 framework PHP, lho.

Nah di antara puluhan opsi tersebut, pasti ada framework PHP terbaik. Dan jika membicarakan popularitasnya, tentu Laravel dan CodeIgniter masuk dalam daftar juara. Lalu, manakah framework PHP yang lebih baik?

Laravel cocok jika Anda ingin membangun aplikasi web yang canggih dengan fitur modern. Sedangkan CodeIgniter lebih cocok untuk membuat aplikasi web sederhana yang menghadirkan fitur lengkap.

Apa yang Perlu Anda Pahami Sebelum Belajar Laravel?

Anda tidak bisa membuat mie instan tanpa mengetahui cara merebus air. Demikian juga dengan Laravel. Ada beberapa basic knowledge yang perlu Anda ketahui untuk bisa menggunakan framework ini.

1. Penggunaan HTML / CSS

Yang pertama, HTML dan CSS. HTML dan CSS merupakan dasar untuk membuat tampilan dan struktur alias front-end website.

Dengan kata lain, HTML dan CSS membentuk kulit dan tulang website. Sedangkan untuk membangun otak alias logikanya, Anda bisa menggunakan PHP.

2. Dasar Penggunaan PHP

Untuk belajar Laravel secara mendalam, pemahaman akan PHP sangat penting. Sebab, ini bahasa pemrograman yang Laravel gunakan.

PHP adalah bahasa pemrograman dengan sistem server-side. Jadi, tugas PHP yaitu membangun back-end alias pemrograman pada sisi server.

Biasanya, PHP disisipkan ke dalam dokumen HTML dan dipadukan dengan bahasa pemrograman lain seperti CSS.

3. Dasar Framework MVC

Laravel menggunakan konsep MVC. MVC atau Model-View-Controller adalah konsep yang memisahkan aplikasi web menjadi tiga bagian:

  • Model merupakan representasi dari database, table, ikon, dan file lainnya. Fungsinya untuk mengelola data, logika, dan pengaturan aplikasi;
  • View, bertugas menyajikan tampilan yang bisa dipahami manusia sesuai perintah controller;
  • Controller, berperan menghubungkan model dengan view. Controller akan menerima input dari view, mengolah komputasi dan data, kemudian memberikan respons untuk ditampilkan oleh view.
  • Struktur Folder Laravel

    Selesai menginstal Laravel, pasti Anda makin tidak sabar untuk belajar Laravel. Anda mencoba membuat web app pertama Anda. Namun, sesaat kemudian Anda menemukan app folder berisi berbagai folder dan file yang namanya asing.

    Tutorial Laravel

    Nah, untuk menghapus rasa bingung Anda, kami akan menjelaskan struktur folder Laravel ini.

    App

    Yang pertama, folder App. Folder ini berisi kode inti yang terdiri dari lima folder, yaitu:

    • Console, folder ini berisi semua perintah Artisan yang dibuat dengan make:command;
    • Exception, folder ini berisi semua handler pengecualian dan folder ini bagus untuk menambahkan class yang sudah disesuaikan sendiri untuk menangani pengecualian yang diberikan aplikasi;
    • Http, folder ini berisi fungsi controllers, middleware dan requests;
    • Models, ini adalah direktori baru yang ditambahkan sejak Laravel 8. Fungsinya untuk menyimpan file Model;
    • Providers, folder ini berisi semua penyedia layanan (service provider) untuk aplikasi. Penyedia layanan (service provider) merupakan tempat utama untuk bootstrap Laravel atau bisa diartikan sebagai bagian utama untuk mengkonfigurasi aplikasi.

    Bootstrap

    Berikutnya, ada Bootstrap. Folder ini berisi semua framework bootstrap begitu juga dengan file konfigurasi. Folder ini juga memuat direktori Cache yang berisi file cache yang dihasilkan oleh framework.

    Config

    Folder ini berisi semua file konfigurasi aplikasi.

    Database

    Folder ini berisi semua database migrasi dan seeds.

    Public

    Folder ini berisi semua assets seperti gambar, file javascript, dan CSS.

    Resources

    Folder ini berisi assets mentah seperti file LESS & Sass, pengaturan waktu, dan bahasa.

    Routes

    Folder ini berisi semua rute yang didefinisikan pada aplikasi.

    Storage

    Folder ini berisi penyimpanan App, seperti unggahan file, cache, dan log.

    Test

    Folder ini berisi semua file percobaan.

    Vendor

    Folder ini berisi semua file dependency.

    Melakukan Konfigurasi

    Sekarang, Anda sudah lebih memahami struktur folder dan fitur Laravel. Namun, rasanya masih kurang jika Anda belum melakukan konfigurasi atau pengaturan agar framework lebih siap pakai.

    Karena itu, kami akan membahas konfigurasi dasar yang disarankan untuk Anda lakukan.

1. Amankan Data Menggunakan Application Key

Konfigurasi pertama yaitu mengamankan data. Jika kunci ini tidak diterapkan, bisa membahayakan aktivitas pengguna dan datanya.

Nah, pengamanan ini dapat dilakukan dengan mengubah application key (kunci aplikasi) ke string acak.

Caranya, Anda bisa mengeksekusi perintah php artisan key:generate.  Akan ada file .env pada direktori root yang berisi string dengan panjang 32 karakter. Jika tidak ada, Anda bisa menyalin file .env.example menjadi file .env.

2. Konfigurasi Environment

Dari tahap konfigurasi sebelumnya, Anda sudah mendapatkan file .env ataupun file .env.example. Kedua file ini akan berada di bawah folder vendor.

Nah, selain untuk mengamankan data, file .env juga berperan mengatur konfigurasi environment, lho.

Environment perlu diatur karena setiap developer memerlukan konfigurasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Misalnya seperti penentuan database, email server, dan lain-lain.

Jika berkolaborasi dengan tim, Anda bisa menyertakan file .env.example bersamaan dengan aplikasi. Isinya berupa contoh file konfigurasi yang sudah diisi dengan nilai-nilai tertentu. Dengan begitu, tim akan mengetahui variabel apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi.

3. Pengaturan untuk Direktori Public

Pada kasus tertentu, web server tidak bisa langsung memanggil file index.php yang berada pada folder public Laravel. Jadi Anda perlu mengarahkan web server untuk memanggil dokumen atau web root ke folder public.

Perlu diketahui, jika Anda menjalankan Laravel pada web server lokal, maka Anda perlu mengubah hak akses pada folder storage dan bootstrap/cache menjadi 777 dengan chmod.

$ chmod 777 -R /blog/storage
$ chmod 777 -R /blog/bootstrap/cache

Folder “blog” merupakan folder instalasi Laravel. Jika hak akses ini diatur, Anda bisa mengakses file indeks tanpa perlu menjalankan perintah “php artisan serve”. Akan tetapi, folder harus berada pada folder web server.

4. Pengaturan Cache

Supaya aplikasi dapat berjalan dengan cepat, Anda harus mengatur cache pada Laravel dengan menggunakan perintah config:cache pada saat proses produksi.

$ php artisan config:cache

5. Konfigurasi Lain

Jika Anda ingin mengatur konfigurasi lain seperti pengaturan timezone locale pada config/app.php yang bisa Anda sesuaikan dengan kebutuhan aplikasi.

Semua konfigurasi file ada di folder config, jadi Anda bisa membuka folder tersebut untuk mengetahui apa saja konfigurasi yang disediakan.

No comments:

Post a Comment

Self-talk dalam Psikologi

Self-talk dalam Psikologi Sempatkah kalian berdialog dengan diri sendiri? Dimana kala suara-suara kecil di kepala kalian mengisi benak kali...